Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Prediksi Awal Puasa Ramadhan 2024 Menurut BMKG dan Muhammadiyah: Apa yang Perlu Diketahui?

Sumber gambar: https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2014/Di-Semarang-Tim-Astrofotografi-Mampu-Melihat-Hilal/

Setiap tahun, masyarakat Muslim di Indonesia menantikan kedatangan bulan suci Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan harapan. Namun, penetapan awal bulan puasa tidak selalu sama antara lembaga yang berwenang. Tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Muhammadiyah memberikan prediksi yang berbeda terkait awal puasa Ramadhan 2024.

Kriteria Penentuan Awal Puasa

Menurut BMKG dan Muhammadiyah, awal bulan puasa Ramadhan ditentukan berdasarkan ketinggian hilal atau bulan sabit tipis, serta elongasi atau jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Namun, kedua lembaga menggunakan kriteria yang sedikit berbeda dalam menentukan awal bulan hijriah.

Prediksi Awal Puasa Ramadhan 2024

1. BMKG

BMKG memprediksi bahwa ketinggian hilal di Indonesia pada 10 Maret berkisar antara 0,33 hingga 0,87 derajat, sedangkan pada 11 Maret berkisar antara 10,75 hingga 13,62 derajat. Elongasi Bulan-Matahari juga diperhitungkan, dengan rentang antara 1,64 hingga 2,08 derajat pada 10 Maret dan 13,24 hingga 14,95 derajat pada 11 Maret. BMKG menggunakan metode hisab untuk melakukan perhitungan ini.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan hijriah. Mereka menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan proses ijtimak (Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada posisi garis bujur yang sama). Muhammadiyah menganggap bahwa awal bulan baru hijriah telah dimulai sejak bulan sudah wujud, meskipun ketinggian hilalnya sangat rendah.

Perbedaan Penetapan Awal Puasa

Perbedaan antara BMKG dan Muhammadiyah dalam penetapan awal puasa Ramadhan 2024 menunjukkan variasi dalam metode penghitungan dan interpretasi kriteria astronomis. Sementara BMKG menggunakan kriteria yang lebih ketat dengan memperhitungkan ketinggian dan elongasi hilal, Muhammadiyah lebih fleksibel dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Kesimpulan

Meskipun kedua lembaga berusaha untuk memberikan penetapan yang akurat, perbedaan dalam metode dan interpretasi dapat menyebabkan perbedaan dalam prediksi awal puasa Ramadhan. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaan ini dan mengikuti penetapan yang dianggap paling sesuai dengan keyakinan mereka.

You may like these posts: